Rabu, 31 Maret 2010

puisi

Berapa hari?
Bukan, berapa minggu?
Tidak, mungkin berapa bulan
Ya, itu lebih tepat
Berapa bulan kursi itu tak kau duduki?
Berapa bulan kursi itu kau diamkan?
1 bulan? 2 bulan?
Ku rasa lebih,
Baru hari ini kau kembali ke sudut itu,
Mengapa baru sekarang? Mengapa kini?
Bukan kemarin atau lusa,
Membuatku tersenyum perih
Tapi mengapa harus bersedih atas kesempatan yang Allah beri untuk mengenalmu?
Jika aku berani memiliki hasrat untuk memiliki, aku pun harus berani menghadapi kehilangan.
Jadi, mengapa harus sedih atas ketetapan yang terbaik dari Allah?

2 komentar: